Halo sahabat tani !! Dalam budidaya tanaman, ternak maupun ikan niscaya kita harus menghitung analisa perjuangan taninya. Hasil produksi dikalikan harga jual kemudian dikurangi modal perjuangan akan kita dapatkan rumus keuntungan. Pasti kita akan tergiur untuk memeliharanya ketika mendengar harga jual ikan sidat yang sangat tinggi yaitu sekitar Rp.180.000 dulu bahkan pernah mencapai Rp.300.000 an/ kg. Akan tetapi tahukah anda berapa biaya yang diperlukan untuk perjuangan tani sidat ini ? Juga berapa waktu yang diperlukan untuk membesarkan sidat sehingga siap konsumsi ?
Sebelum kita terjun eksklusif untuk membudidayakan ikan sidat tersebut pastinya kita akan mencari isu yang sebanyak-banyaknya wacana cara budidaya ikan ini. Menurut Mas Par dalam mencari isu tersebut kita tentunya juga tidak sanggup menutup mata wacana hambatan yang akan kita hadapi, sehingga bukan hanya manisnya saja yang kita ketahui. Paling tidak kalau kita mengetahui kendala-kendala tersebut kita akan waspada dan lebih jeli dalam berbudidaya ikan sidat tersebut.
Sidat merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang bentuknya mirip belut. Ikan ini mempunyai bentuk fisik yang panjang mirip belut dengan kulit berwarna hitam sedikit coklat dan teksturnya yang licin berlendir.
Saat ini komoditi ikan sidat di Indonesia tergolong cukup baik. Permintaan ikan sidat dunia semakin hari juga semakin memperlihatkan progres yang tinggi, utamanya di negeri sakura Jepang. Pasalnya, di Jepang ikan sidat merupakan salah satu sajian masakan pokok yang biasa dikonsumsi sehari-hari.
Sedangkan di Jepang sendiri, untuk mendapat yang namanya ikan sidat sudah tidak mengecewakan sulit. Menurut isu yang di sanggup bahwa ketika ini negara Jepang hanya sanggup memenuhi 30 persen kebutuhan ikan sidat yang dikonsumsi masyarakatnya. Sedangkan sisanya mengandalkan pasokan ikan impor dari negara-negara lain tak terkecuali Indonesia.
Namun sayang, berdasarkan isu yang Mas Par peroleh dari ketua kelompak tani ikan desa Beji, Kab. Banyumas, sidat ini belum sanggup diternak (dikawinkan hingga menghasilkan anak). Sehingga kalau kita akan melaksanakan budidaya sidat, benihnya hanya merupakan hasil penangkapan ikan di kawasan pantai cilacap.
Selain itu pemeliharaan ikan sidat juga memerlukan waktu yang lama, dari benih seberat 50 gram hingga seberat 250 gram (layak jual) membutuhkan waktu sekitar 8 bulan. Apakah mungkin itu alasannya yaitu efek suhu udara didaerah beji yang relatif masbodoh sehingga memperlambat pertumbuhan sidat ? mungkin itu perlu di teliti lebih jauh.
Yang paling utama menjadi hambatan budidaya pembesaran sidat yaitu harga pakan yang sangat mahal, alasannya yaitu konon katanya sidat memerlukan masakan yang tinggi protein. Sehingga perlu dicari alternatif pakan ikan sidat ini yang harganya murah.
Memang kalau hanya melihat harga jual sidat siap konsumsi yang sangat mahal (sekarang sekitar Rp.180.000/ kg) niscaya kita akan sangat tergiur untuk memeliharanya. Akan tetapi berdasarkan Bapak Supri ketua kelompok tani ikan di kawasan Beji, dengan harga pakan dan waktu pemeliharaan mirip itu laba budidaya pembesaran sidat belum sanggup didapat.
Informasi yang Mas Par tulis ini bukan untuk menakut-nakuti atau menghalangi impian pembaca untuk membudidayakan ikan sidat, tetapi semata-mata hanya untuk sebagai materi pertimbangan sebelum rekan-rekan mulai budidaya sidat. Karena kalau saya baca baik lewat media cetak maupun internet, banyak buku dan seminar yang sedang menjual manisnya budidaya sidat tanpa menawarkan citra pahitnya. Mudah-mudahan artikel yang Mas Par tulis ini sanggup membagikan pengalaman yang real pada rekan-rekan dalam budidaya ikan sidat sehingga akan menciptakan kita lebih hati-hati.
Sukses Petani Indonesia !!!
Mas Par
Sebelum kita terjun eksklusif untuk membudidayakan ikan sidat tersebut pastinya kita akan mencari isu yang sebanyak-banyaknya wacana cara budidaya ikan ini. Menurut Mas Par dalam mencari isu tersebut kita tentunya juga tidak sanggup menutup mata wacana hambatan yang akan kita hadapi, sehingga bukan hanya manisnya saja yang kita ketahui. Paling tidak kalau kita mengetahui kendala-kendala tersebut kita akan waspada dan lebih jeli dalam berbudidaya ikan sidat tersebut.
Sidat merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang bentuknya mirip belut. Ikan ini mempunyai bentuk fisik yang panjang mirip belut dengan kulit berwarna hitam sedikit coklat dan teksturnya yang licin berlendir.
Saat ini komoditi ikan sidat di Indonesia tergolong cukup baik. Permintaan ikan sidat dunia semakin hari juga semakin memperlihatkan progres yang tinggi, utamanya di negeri sakura Jepang. Pasalnya, di Jepang ikan sidat merupakan salah satu sajian masakan pokok yang biasa dikonsumsi sehari-hari.
Sedangkan di Jepang sendiri, untuk mendapat yang namanya ikan sidat sudah tidak mengecewakan sulit. Menurut isu yang di sanggup bahwa ketika ini negara Jepang hanya sanggup memenuhi 30 persen kebutuhan ikan sidat yang dikonsumsi masyarakatnya. Sedangkan sisanya mengandalkan pasokan ikan impor dari negara-negara lain tak terkecuali Indonesia.
Namun sayang, berdasarkan isu yang Mas Par peroleh dari ketua kelompak tani ikan desa Beji, Kab. Banyumas, sidat ini belum sanggup diternak (dikawinkan hingga menghasilkan anak). Sehingga kalau kita akan melaksanakan budidaya sidat, benihnya hanya merupakan hasil penangkapan ikan di kawasan pantai cilacap.
Gambar : Beberapa bak sidat milik kelompok tani di Desa Beji Kab. Banyumas
Selain itu pemeliharaan ikan sidat juga memerlukan waktu yang lama, dari benih seberat 50 gram hingga seberat 250 gram (layak jual) membutuhkan waktu sekitar 8 bulan. Apakah mungkin itu alasannya yaitu efek suhu udara didaerah beji yang relatif masbodoh sehingga memperlambat pertumbuhan sidat ? mungkin itu perlu di teliti lebih jauh.
Yang paling utama menjadi hambatan budidaya pembesaran sidat yaitu harga pakan yang sangat mahal, alasannya yaitu konon katanya sidat memerlukan masakan yang tinggi protein. Sehingga perlu dicari alternatif pakan ikan sidat ini yang harganya murah.
Memang kalau hanya melihat harga jual sidat siap konsumsi yang sangat mahal (sekarang sekitar Rp.180.000/ kg) niscaya kita akan sangat tergiur untuk memeliharanya. Akan tetapi berdasarkan Bapak Supri ketua kelompok tani ikan di kawasan Beji, dengan harga pakan dan waktu pemeliharaan mirip itu laba budidaya pembesaran sidat belum sanggup didapat.
Informasi yang Mas Par tulis ini bukan untuk menakut-nakuti atau menghalangi impian pembaca untuk membudidayakan ikan sidat, tetapi semata-mata hanya untuk sebagai materi pertimbangan sebelum rekan-rekan mulai budidaya sidat. Karena kalau saya baca baik lewat media cetak maupun internet, banyak buku dan seminar yang sedang menjual manisnya budidaya sidat tanpa menawarkan citra pahitnya. Mudah-mudahan artikel yang Mas Par tulis ini sanggup membagikan pengalaman yang real pada rekan-rekan dalam budidaya ikan sidat sehingga akan menciptakan kita lebih hati-hati.
Sukses Petani Indonesia !!!
Mas Par
Comments
Post a Comment